12 October 2023

Keindahan Kecil Milik Kita yang Terenggut





Era Gegas. Itulah salah satu sebutan untuk dunia kita saat ini. Semua harus serba cepat, serba gegas. Kalau punya komputer ya harus yang prosesornya paling cepat, tidak lemot. Kalau punya Smartphone ya harus yang cepat koneksi internetnya dan pemrosesan yang lainnya. Bahkan kalau pesan makanan harus cepat, sehingga muncul banyak restoran cepat saji. Pakai motor atau mobilpun harus yang bisa ngebut. Akselerasi menjadi hal yang wajib. 



Berangkat sekolah harus cepat. Berangkat kerja harus lebih cepat. Kalau perlu, aturan lalu lintas dan keselamatan orang lain di singkirkan lebih dulu. Yang penting tidak terlambat sampai sekolah atau kantor. 


Sudah tak ada waktu lagi buat kita untuk sedikit menikmati perjalanan yang kita lalui setiap hari. Semuanya serb auto-pilot. Kita tidak lagi perhatian dengan apa yang ada di sepanjang perjalanan tadi. Tujuan atau destinasi akhir adalah segalanya. Yang lain tak penting.


Sangat jarang kita sedikit mengurangi kecepatan untuk sekedar menikmati pemandangan alam di sepanjang perjalanan. Pemandangan alam yang sudah diberikan oleh Tuhan untuk kita nikmati. Untuk kita. Pemandangan yang dianugerahkan Tuhan. Milik kita yang berharga walau selama ini tak tertangkap oleh panca indera kita. 


Indahnya bunga bunga liar yang mungkin kita lewati setiap hari ke sekolah atau ke kantor. Atau taman – taman indah yang dihasilkan ahli taman. Taman itu biasanya hanya segerombolan daun dan bunga bermacam warna. Jarang kita melihat bunga rumput liar sebagai sebuah keindahan ciptaan Tuhan yang dianugerahkanpada kita. Jarang pula kita melihat keindahan artistik sebuah taman penuh warna bunga. Lagi – lagi hijau daun dan warna bunga itu sesungguhnya anugerah Tuhan untuk kita cicipi, untuk kita nikmati keindahannya.


Ketergesaan kita sehari-hari karena tuntutan jaman membuat keindahan itu terlewat begitu saja. Harus ada keberanian untuk sedikit melambatkan ritme kehidupan kita. Sanggupkah kita menyisihkan waktu untuk sekedar “menghargai” anugrah Tuhan yang sepele dan kecil ini? 

Atau kita haru mengalah pada ketergesaan yang setiap hari mendorong kita untuk menjauh dari menikmati anugerah Tuhan ini. Akhirnya sanggupkan di era gegas ini kita berhenti sejenak untuk menikmati secangkir kopi panas, secangkir teh hangat, secangkir coklat kental dan menikmati segala keindahan disekitar kita yang sering luput dari panca indera kita?.

25 April 2018

Penggunaan Kode Terenkripsi Sebagai Alat Pengesahan STNK Satu Tahunan




Ada  dua proses utama yang bisa dijadikan fokus terkait e-Samsat, yaitu proses pembayaran dan proses pengesahan. Kedua proses ini sangat penting, karena dua proses ini yang bisa “di-elektronik-an” agar wajib pajak bisa lebih nyaman.

Penerapan proses elektronis-nya tidak hanya pada proses pembayaran saja ( e-Payment ) tetapi juga pada proses legalisasi atau proses pengesahan (e-Legalization). Proses registrasi dan identifikasi dilakukan secara elektronis dan Wajip Pajak tidak perlu lagi melakukan pengesahan STNK Tahunan di Samsat. Ini yang masih menjadi kendala.

Dengan “me-elektronik-an” proses pegesahan, maka wajib pajak yang telah membayar secara e-payment,  tidak perlu datang lagi ke kantor samsat untuk melakukan pengesahan. Karena, sesuai survey kecil kecilan yang dilakukan penulis, banyak wah=jib pajak yang masih enggan menggunakan e-samsat jika tetap harus datang atau hadir di kantor samsat , sekedar untuk “mendapat stempel” bukti pengesahan.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, ada ide saran penulis untuk menggunakan kode terenkripsi sebagai alat pengesahan STNK. Caranya cukup sederhana, yaitu dengan menambahkan sebuah kode unik pada tanda bukti pembayaran. Untuk lebih mempermudah, bisa tambah dengan barcode yang bisa langsung di scanner menggunakan aplikasi Android yang terpasang pada Smartphone.

Tanda bukti pembayaran itu bisa disertakan pada STNK yang dimaksud, sehingga jika ada pemeriksaan, wajib pajak bisa memperlihatkan kode unit terenkripsi tersebut. Atau wajib pajak bisa menaruh bukti pembayaran yang telah diberi kode terenkripsi atau barcode tersebut pada tempat yang sama dengan STNK. Bisa didalam dompet atau didalam mobil masing masing.

Petugas pemeriksa bisa melakukan pengecekan keabsahan dan kebenaran kode unik bukti pengesahan tersebut dengan melakukan proses “online” ke server samsat. Agar lebih mudah, petugas bisa menggunakan aplikasi Android dan fasilitas scanner.

Fasilitas scanner barcode sendiri telah banyak digunakan oleh banyak pihak untuk melakukan digitalisasi proses bisnis sehingga lebih teliti, tepat, cepat, mudah dan murah. Tidak ada salahnya jika teknik ini dipergunakan juga pada proses pengesahan di samsat.

e-Samsat




Berdasarkan referensi dari beberapa website mengenai e-Samsat di Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta, pengertian e-Samsat adalah layanan atau kemudahan yang diberikan Samsat kepada masyarakat untuk dapat melakukan proses pembayaran melalui e-Channel Bank seperti ATM, Teller, PPOB, Mobile Banking, SMS Banking, dan Internet Banking.

Dengan melihat fakta diatas, dapat dikatakan bahwa e-Samsat yang dimaksud adalah fasilitas yang disasarkan pada wajib pajak agar lebih gampang membayar pajak dengan banyaknya saluran yang dipakai melalui produk perbankan yang terkoneksi dengan data Pajak Kendaraan Bermotor. Fasilitas yang dimaksud diatas mirip dengan fasilitas e-Payment yang ada pada perdagangan elektronik atau e-Commerce, dimana e-Payment pada e-Commerce memiliki lebih banyak channel pembayaran.

Pada Samsat yang belum menerapkan e-Payment, ada dua proses utama yang bisa dijadikan fokus terkait e-Samsat, yaitu proses pembayaran dan proses pengesahan. Kedua proses ini sangat penting, karena dua proses ini yang bisa “di-elektronik-an” agar wajib pajak bisa lebih nyaman.

Sedangkan jika memperhatikan keterangan dari beberapa personal yang telah melakukan survey ke Best Practice e-Samsat, penerapan proses elektronis-nya tidak hanya pada proses pembayaran saja ( e-Payment ) tetapi juga pada proses legalisasi atau proses pengesahan (e-Legalization). Proses pengesahan yang dimaksud adalah mengakui keabsahan sebuah transaksi pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor lewat e-Channel tanpa wajib pajak harus datang ke kantor Samsat lagi untuk melakukan registrasi dan identifikasi. Artinya, proses registrasi dan identifikasi dilakukan secara elektronis dan Wajip Pajak tidak perlu lagi melakukan pengesahan STNK Tahunan di Samsat. Ini yang masih menjadi kendala.

Pada e-Samsat yang masih sebatas e-Payment, wajib pajak harus tetap mendatangi kantor Samsat secara untuk melakukan proses pengesahan dengan mencetak / memvalidasi dokumen agar dianggap sah. Sedangkan pada Samsat yang telah mengadopsi e-Payment dan e-Legalization ,  wajib pajak dimudahkan dengan tidak harus datang ke kantor Samsat secara fisik. Bukti pembayaran lewat e-Channel perbankan bisa dipergunakan sebagai dokumen yang sah.

Jika dilihat dari sisi wajib pajak, e-Samsat yang telah menerapkan e-Payment dan e-Legalization bersamaan menjadi pilihan. Yang menjadi masalah disini adalah model e-Legalization masih menjadi hal baru yang pastinya menimbulkan sikap defensif untuk yang kurang nyaman terhadap perubahan.

Namun dengan dimunculkannya Standar Operasional Prosedur ( SOP ) yang didalamnya tercakup semua hal tentang e-Legalization, yang tentunya jelas dari sisi teknis dan regulasi, masalah diatas bisa diatasi.

05 April 2018

Belajar, Terbentur, dan Terbentuk



Ketika kalian berpikir negatif pada seseorang. Tanpa sadar, kalian telah menghakimi orang itu.

Lebih mudah mana? Berusaha menyingkirkan semua kerikil tajam di sepanjang jalan, atau memakai sepatu agar kakimu tidak terluka? 

Lebih mungkin mana? Berusaha mensterilkan semua tempat agar tak ada kuman, atau memperkuat daya tahan tubuhmu sendiri?

Lebih mudah mana? Berusaha mencegah setiap mulut agar tak bicara sembarangan, atau menjaga hatimu sendiri agar tidak mudah tersinggung?

Lebih penting mana? Berusaha menguasai orang lain, atau belajar menguasai dirimu sendiri?

Yang penting bukan bagaimana orang harus baik padamu, melainkan bagaimana engkau berusaha baik pada orang lain terlebih dahulu. Bukan orang lain yang membuat engkau bahagia, melainkan sikap dirimu sendirilah yang menentukan engkau bahagia atau tidak.

Setiap waktu yang telah kau habiskan dalam hidup ini, tidak akan terulang kembali. Pergunakanlah waktu yang ada untuk tetap BELAJAR. Belajar dari masa lalu untuk persiapan hari esok yang lebih baik. Hiduplah seperti orang arif, usahakanlah supaya engkau mengerti Hakekat Hidup ini.

Dalam Hidup ada PROSES,  BELAJAR. Tanpa ada batas UMUR. JATUH, bangun lagi. KALAH, coba lagi. GAGAL, bangkit lagi. PERCAYALAH.. SEBAB TIDAK ADA YANG MUSTAHIL KALAU KITA SUNGGUH2 BERUSAHA. TERBENTUR dan TERBENTUR lagi. Sampai kamu semua TERBENTUK.

Sumber : WAG , penulis asli bisa klaim disini. 

23 February 2018

Yang Diawali Amarah, Berakhir dengan Rasa Malu

+ *Matinya Singa Tanpa Tabayyun* +
Dulu sekali. 
Tepatnya waktu saya masih di bangku Sekolah Dasar. 
Ada sebuah cerita rakyat menarik. Alurnya sangat menyentuh dan membekas.

Jujur, saat membaca cerita itu saya menangis. 
Bahkan rasa sedih terbawa setiap hendak tidur. 
Sungguh, banyak hikmah yang bisa dipetik.

Ceritanya bertutur tentang seorang petani miskin yang menemukan anak singa yang ditinggal mati induknya.
Lantaran iba, petani itu memungut dan merawatnya sepenuh hati, layaknya anak sendiri. Tidak dapat dilukiskan ikatan kedua makhluk Alloh itu. Jiwa mereka seakan bersatu. Sang Singa pun telah menganggap petani itu sebagai orang tuanya.
Waktu merangkak cepat. Anak singa itupun telah dewasa. Di waktu bersamaan, sang petani pun mendapat karunia besar. Isterinya melahirkan seorang bayi lelaki mungil dan lucu.
Seluruh anggota keluarga begitu bahagia, tak terkecuali sang singa. Gerak- gerik dan pancaran sinar matanya, menyiratkan Kebahagiaan luar biasa.
Maka mulai saat itu, sang singa mendapat tugas baru, menjaga "adiknya" kala sang petani dan isterinya berangkat ke ladang.

Suatu hari, saat petani miskin Itu bekerja di ladang dat isterinya mencari kayu bakar di hutan, tiba-tiba terdengar jeritan bayi mereka dari dalam pondok.
Sang petani terlonjak kaget.
Firasatnya memburuk.

Secepat kilat ia menyambar goloknya, lalu bergegas menuju sumber jeritan tadi.
"Apa yang terjadi? Dimana singa itu?" Batin sang petani.
Setibanya di halaman pondok, ia tidak mendengar suara apapun. Senyap...
Hanya suara nafasnya menderu saling memburu.

Hatinya galau. Ketakutan mulai merayapi pembuluh darahnya. Dan pada saat yang sama, sang singa keluar dari pondok.
Mulut, taring dan cakarnya belepotan darah.

Seperti biasa, setiap sang petani pulang, Singa itu segera mendekat. Menggerak-gerakkan ekornya, lalu mengelus manja di kaki "Ayahnya".
Jangan-jangan..., Ia telah memangsa bayiku??!!, Jerit batin sang petani.
Menyaksikan hal  ini, sang petani kalap.
Darahnya seakan berkumpul di ubun-ubun. Sambil berteriak, ia mengayunkan goloknya ke arah sang singa

"Makhluk terkutuk, tidak tahu balas budi kau..". Singa itu tidak berusaha menghindar, apalagi lari menjauh. Bahkan tatapannya memelas, memohon agar "ayahnya* tidak melakukan hal bodoh itu.
Namun seluruhnya sudah terlambat. Dalam sekejap singa itu roboh berlumuran darah. Kepalanya sobek akibat sabetan golok sang petani, menggelepar, lalu mati seketika.
Sang petani, segera menghamburkan diri menuju pondok miliknya. Tiba-tiba langkahnya terhenti di depan pintu. Samar-samar ia menangkap celoteh dan tawa bayinya. Hatinya mulai ragu.
Ia menengok ke belakang. Di sana sang singa telah terkapar mati. Sambil gemetar, ia mendorong pintu. Sungguh pemandangan yang sangat mengejutkan.
Sekujur tubuhnya dingin...
Lututnya goyah...
Pandangan matanya kabur...

Ternyata, bayinya masih hidup. Di samping pembaringan bayi itu, tergeletak bangkai seekor ular besar.
"Ya Alloh, apa yang telah aku lakukan??!! Celaka diriku, celaka diriku...". 
Ia berbalik dan lari ke arah singa yang telah kaku itu. Dipeluknya tubuh sang singa. Ia menangis, meratap dan meraung-raung, sembari mengutuki dirinya.
Hingga isterinya kembali dari hutan, sang petani masih duduk memeluk jasad singa yang malang itu.
Air matanya telah kering meninggalkan perih di kelopak matanya. Penyesalan meruangi hatinya. Namun apa mau di kata, ibarat nasi telah menjadi bubur. Semua sudah terlambat.
Saudaraku, begitu pentingnya Tabayyun itu. Keputusan tanpa proses Tabayyun (Klarifikasi), di pastikan melahirkan penyesalan.
Ya penyesalan tak berujung dan abadi sepanjang hidup.

Karena kita menimpakan keburukan atas diri orang lain. Padahal, mungkin saja mereka berlepas diri darinya.
Makanya, Alloh ta’ala tegas menyuruh agar selalu mengedepankan tabayyun.
Dan hikmahnya jelas,
“… agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum, tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujurot, 49 : 6).
Menulis ulang cerita ini emosi saya kembali teraduk-aduk. Bagaimana jika petani itu adalah diriku? 
Bagaimana menjalani sisa-sisa hidup di bawah bayang-bayang rasa bersalah yang menghimpit. 
Terlebih pada orang yang telah berjasa dalam hidupku.

Sungguh, andai ada satu permintaan, sudah tentu sang petani akan memohon supaya waktu memutar kembali.
Namun begitulah, penyesalan itu, selamanya pasti datang terlambat.
Wallohu a’lam ...
hidup adalah ujian, semoga lulus dengan baik.
_Copas FB_
Sumber : Group Kargozari.

28 October 2017

Pakis dan Bambu

Ada seorang pria yang putus asa dan mau meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan dan berhenti hidup. Lalu ia pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan, “Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yg baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah?”

Jawaban Tuhan sangat mengejutkan,

“Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu?”

“Ya” jawab pria itu.

“Ketika menanam benih pakis dan benih bambu,AKU merawat keduanya secara sangat baik. AKU memberi keduanya cahaya, memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi, daunnya yg hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu benih bambu tidak menghasilkan apapun, tapi AKU tidak menyerah.

Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi Aku tidak menyerah.

Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu, tapi Aku tidak menyerah.
Di tahun keempat, masih juga belum ada apapun dari benih bambu. Aku tidak menyerah” kata TUHAN.

“Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil. Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna. Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki. Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun. Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup. AKU tak akan memberi cobaan yang tak sanggup diatasi ciptaan-Ku,“ kata TUHAN kepada pria itu.

“Tahukah kamu, anak-Ku. Di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?”

“AKU tidak meninggalkan bambu itu, AKU juga tak akan meninggalkanmu”

“Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” kata Tuhan.

“Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis, tapi keduanya membuat hutan menjadi indah”

“Waktumu akan datang, kamu akan menanjak dan menjulang tinggi. Bersabarlah dan banyaklah tuk belajar lagi, waktumu pasti akan tiba…”

Sumber : WAG, penulis asli silakan claim,  sayang jika tidak dibagikan.

17 October 2017

Hidup adalah Belajar

Belajar bukan berarti hanya sekolah...
Belajar bukan berarti hanya membaca buku...
Tetapi juga belajar dari setiap kejadian yang kita Alami...
Belajar dari apa yang masih bisa kita perbuat ...
Agar hidup ke depan bisa menjadi lebih baik lagi...

Kita bisa belajar diam dari pada banyak bicara...
Kita bisa belajar sabar dari sebuah kemarahan...
Kita bisa belajar mengalah dari suatu keegoisan...
Kita bisa belajar tegar pada saat  kehilangan sesuatu yang berharga...

HIDUP ADALAH BELAJAR....

Belajar Bersyukur Meski tak Cukup...
Belajar Ikhlas Meski Tak Rela...
Belajar Taat Meski Berat...
Belajar Memahami Meski Tak Sehati...
Belajar Sabar Meski Terbebani...
Belajar Setia Meski Tergoda...
Belajar Memberi Meski Tak Seberapa...
Belajar Mengasihi Meski Disakiti...
Belajar Tenang Meski Gelisah...
Belajar Percaya Meski Susah...

Belajar dan Terus Belajar...
Belajar sampai pada akhirnya TUHAN yang menyempurnakan.

Sumber : WAG, penulis asli silakan claim di komentar