Era Gegas. Itulah salah satu sebutan untuk dunia kita saat ini. Semua harus serba cepat, serba gegas. Kalau punya komputer ya harus yang prosesornya paling cepat, tidak lemot. Kalau punya Smartphone ya harus yang cepat koneksi internetnya dan pemrosesan yang lainnya. Bahkan kalau pesan makanan harus cepat, sehingga muncul banyak restoran cepat saji. Pakai motor atau mobilpun harus yang bisa ngebut. Akselerasi menjadi hal yang wajib.
Berangkat sekolah harus cepat. Berangkat kerja harus lebih
cepat. Kalau perlu, aturan lalu lintas dan keselamatan orang lain di singkirkan
lebih dulu. Yang penting tidak terlambat sampai sekolah atau kantor.
Sudah tak ada waktu lagi buat kita untuk sedikit menikmati
perjalanan yang kita lalui setiap hari. Semuanya serb auto-pilot. Kita tidak
lagi perhatian dengan apa yang ada di sepanjang perjalanan tadi. Tujuan atau
destinasi akhir adalah segalanya. Yang lain tak penting.
Sangat jarang kita sedikit mengurangi kecepatan untuk
sekedar menikmati pemandangan alam di sepanjang perjalanan. Pemandangan alam
yang sudah diberikan oleh Tuhan untuk kita nikmati. Untuk kita. Pemandangan yang
dianugerahkan Tuhan. Milik kita yang berharga walau selama ini tak tertangkap
oleh panca indera kita.
Indahnya bunga bunga liar yang mungkin kita lewati setiap
hari ke sekolah atau ke kantor. Atau taman – taman indah yang dihasilkan ahli
taman. Taman itu biasanya hanya segerombolan daun dan bunga bermacam warna.
Jarang kita melihat bunga rumput liar sebagai sebuah keindahan ciptaan Tuhan
yang dianugerahkanpada kita. Jarang pula kita melihat keindahan artistik sebuah
taman penuh warna bunga. Lagi – lagi hijau daun dan warna bunga itu
sesungguhnya anugerah Tuhan untuk kita cicipi, untuk kita nikmati keindahannya.
Ketergesaan kita sehari-hari karena tuntutan jaman membuat
keindahan itu terlewat begitu saja. Harus ada keberanian untuk sedikit
melambatkan ritme kehidupan kita. Sanggupkah kita menyisihkan waktu untuk
sekedar “menghargai” anugrah Tuhan yang sepele dan kecil ini?
Atau kita haru mengalah pada ketergesaan yang setiap
hari mendorong kita untuk menjauh dari menikmati anugerah Tuhan ini. Akhirnya
sanggupkan di era gegas ini kita berhenti sejenak untuk menikmati secangkir
kopi panas, secangkir teh hangat, secangkir coklat kental dan menikmati segala
keindahan disekitar kita yang sering luput dari panca indera kita?.
No comments:
Post a Comment